Dear Barlette
Langsung saja,
Kamu ingat sepuluh mei? Semoga saja!
Sebenarnya ada yang lebih berhak menangis di sepuluh mei.
Tapi aku pura-pura tak tahu. Aku sengaja tidak menyinggung tentangmu. Karena di
sepuluh mei, semuanya benar-benar berubah menjadi hitam. Cuaca yang tiba-tiba
hitam, angin, suara-suara, dan bahkan hatiku ikut hitam jauh sebelum sepuluh
mei tiba.
Ketahuilah ,Barlette, kita telah berbeda. Kau tau berbeda
bukan? Berbeda jelas tak sama, juga tak sejalan. Dan kau tetap berusaha
mempertahankan perbedaan itu meskipun aku berusaha menyamakannya. Kau bersikap
manis kepadaku didepan orang lain. Adegan yang sama sekali tak ku inginkan.
Agar supaya mereka tak terlalu menghawatirkan apa yang sebenarnya terjadi jika
mereka tau. Tapi,Barlette, ingatlah, sepandai-pandai kau menyembunyikan
raflesia,bau itu pasti akan tercium juga.
Kau ingat itu? Aku mengingatkanmu karena bukankah itu
hasil tulisanmu yang kau gores dihalaman terakhir agenda harianku dengan tinta
yang hampir habis? Kau menulisnya tanpa sepengetahuanku! Apa maksudmu ada
kebohongan yang aku ciptakan? Tidak! Tak ada kebohongan dengan semua ini.
Bukankah keterikatanmu sudah tidak ada? Bukankah sebelum
dia yang memulai mematahkan hatimu kaupun mempunyai rencana untuk mematahkan
hatinya? Hanya kau kalah cepat, dan hanya kau tak pernah tau alasan mulia yang
memperkuat keputusannya. Kenapa sekarang kau menyesal?
Apa kau tak ingat Barlette? Ketika keharmonisan itu masih
ada, kau pernah dan bahkan sering meragukannya. Kau bilang dia buruk sekalipun
itu tak langsung. Hanya sebagai pelampiasan, apa itu maksudmu?
Dan sekarang,Barlette, ketika keterikatan itu sudah
hilang, ketika ada orang lain yang menaruh hati kepadanya, kau seolah tak rela,
seolah kau memangkas hak orang lain yang menyukainya. Cemburukah kau? Kau ini
bagaimana Barlette?
Kau masih ingat malam itu? Waktuku terbuang sia-sia hanya
karena membahas laki-laki itu. Sebenarnya apa ini? Kau mengaku masih
menggilainya. Dan aku tertawa dalam hati. Sedikit Takabur! Dimana harga diriku
semisal aku yang mengakui semua itu? Kepada orang yang kau tegur karena kau
ingin mengerti tentang sebuah kedekatan yang sebenarnya.
Aku hanya kagum,Barlette. Karena dia Cerdas. Karena dia
sejalan dengan cerita-ceritaku. Karena dia lebih bisa menjaga rahasia ketimbang
orang yang dulu memberitauhumu tentang kedekatanku! Bukannya aku
menjelek-jelekkan. Tapi karena aku tak pernah suka orang munafik. Tapi
sudahlah. Aku telah memaafkannya jauh sebelum dia mempunyai rencana untuk
meminta maaf.
Dan kau, Barlette. Malam itu kau bilang, tak masalah aku
mencintainya,tentu saja. Kau bilang aku berhak menggilainya dan tentu saja
bukan hanya aku yang menggilainya. Sebodok itukah aku dimalam itu? Aku seolah
sedang meminta izin kepada seorang mantan orang yang sekarang aku kagumi. Padahal
yang sebenarnya tak ada hal yang lebih istimewa. Kami hanya berteman,Barlette,
bersahabat, tak lebih dari itu. Dan kau, Barlette. Asal kau tau, aku sadar
darinya, aku mengerti kedekatan yang sebenarnya juga darinya, dan aku mengerti,
belajar itu lebih penting dari pacaran itupun darinya,
Coba Barlette, pikirkan! Apa yang kurang darinya? Dia
cerdas dan berbekal ilmu agama yang tidak diragukan. Siapa Guru yang tidak
mengenal Robbert Justin disekolahan? Dia tak seburuk yang kau kira,Barlette!
Dia sejalan denganku. Dia penyemangatku kala aku rapuh.
Hanya dia yang mengerti hatiku kala orang lain sibuk dengan egonya
masing-masing. Hanya dia,Barlette. Karena kau tak mengerti. Karena kau tak
mengerti tentang hidupku Barlette!
Kau tau Hepatitis? Kau pernah mendengarnya kan,barlette.
Penyakit itu berbahaya. Menyerang hati. Sangat sakit. Kau tau aku tak pernah
makan nasi pecel dan lebih memilih putihan. Bukan karena aku tak suka, Tapi
karena Hepatitis menyerangku! Aku tak bisa bebas makan seperti kau dan orang
lain. Dan itu sungguh menyakitkan!
Satu lagi, aku juga terkena Ginjal. Stadium empat!
Bayangkan! Stadium empat,Barlette! Aku harus cuci darah jika kambuh. Bahkan
pernah sebulan sampai dua kali. Aku sudah tidak bisa menerima sembarang infus
jika penyakit lain datang dan mengharuskanku opname beberapa hari. Kau tau
rasanya,Barlette? Sakit yang luar biasa sakit.
Sudahlah, aku tak mau kau mengira aku hanya mengharapkan
kasian darimu. Kau kini sudah tau kan Barlette? Bagaimana hidupku. Aku tak
seriang yang kau kira. Dan dia,Barlette, dia tak pernah lupa menyuruhku meminum
obat, sekalipun aku kadang masih membuang sebagian obat yang sebenarnya sama
sekali tak mengubah penyakitku itu. Karena obat itu tak pernah enak,Barlette,
karena kadang aku frustasi mengapa hidupku selalu dikendalikan oleh obat!
Dan kau Barlette, malam itu kau bilang tak masalah.
Jangan ada pertikaian hanya gara-gara laki-laki itu karena kita sahabat, ya,
kau benar! Tapi ternyata malam itu hanya beberapa sandiwaramu yang sampai
sekarang terus berlanjut.
Dan aku? Harus bahaimana? Mengahadapimu orang yang masih
belum bisa menerima kedekatanku. Karena kau pernah memilikinya. Karena kau
pernah mencintainya bahkan sampai saat ini! Iya kan Barlette?
Dan aku mengaku. Aku memang menyukainya bahkan
mencintainya. Dan ku kira kau tau bagaimana perasaannya kepadaku.
Tapi tak ada yang lebih dari perasaan suka dan cintaku
itu. Tak ada yang istimewa, karena dia tak keberatan menjadi penampung
cerita-ceritaku.
Kita hanya berteman. Teman dekat. Karena kita sejalan,
karena kesejalanan ini akan terus aku harapkan!
Karena bagi kita, Belajar lebih penting dari Pacaran!
Kau tetap sahabatku kan,Barlette?
Best Regards
Ellena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar