2013-05-30
2013-05-02
Assalamu’alaikum wr wb
Ba’da tahmid dan sholawat
Salam cinta teruntuk dirinya pemilik cinta sejati yang
sesungguhnya
Dan, bagaimana kabarmu sekarang? Semoga selalu baik seperti
katamu dulu. Duduk dan dengarlah baik-baik. Aku ingin sedikit bercerita. Tidak
keberatan kan kau untuk duduk barang sebentar? Semoga saja kamu tak pernah
bosan dan selalu bersedia menampung cerita hatiku.
Dan lagi-lagi aku bingung harus memulai dari mana.
Kita sudah cukup lama saling mengenal,benar begitu bukan?
Awal semester dua kala itu. Bahkan aku sudah lupa siapa yang menciptakan
perkenalan ini. Kita saling sapa lewat SMS
dan berlanjut di FACEBOOK. Dan
sebenarnya hari-hari itu masih biasa-biasa saja. Aku menganggap itu hanya
beberapa sketsa-sketsa yang masih belum menciptakan sesuatu yang lebih istimewa
walaupun aku tidak mengharapkannya. Bahkan bagiku itu cukup monoton sekali.
Yang ku tahu waktu itu, namamu Alif, bukan? Karena yang
kutahu hanya Alif. Entah kamu mempunyai nama lengkap atau tidak aku tidak tahu.
Aku sering memperhatikanmu di Jumat pagi usai rok.an dilapangan depan pondok
ini. Mungkin aku tahu kebiasaanmu karena aku sering memperhatikanmu bermain
kelereng ataupun bola voli dengan santri
putra lainnya.
Di Jumat itu benar kamu kan? Memakai T-shirt abu-abu dengan
sarung senada sambil menggiring bola menuju kipper. Bersemangat sekali! Itu
menurutku! Dan mulai saat itu aku jadi lebih sering memilih duduk di dekat
jendela,sekedar menambah hafalan Alfiah atau memang sekedar ingin lebih lama
memperhatikanmu. Aku bebas memperhatikan gerak-gerikmu tanpa curiga kau tahu
karena memang kaca penjara suci ini terang dari dalam.
Dan untuk selanjutnya, tanpa ku sadari , kau menyusun
sketsa-sketsa itu dengan indah. Berhasil menjadi warna-warni kebahagiaan yang
sulit kugambarkan.
Dan waktu terus bergulir dengan begitu sombong. Melarangku
menengok kebelakang untuk hal-hal yang tak berguna. Dan, Hei! Kamu masih ingat?
Kamu pernah bertanya kepadaku tentang bagaimana aku menilai orang yang suka
merokok(jangan tertawa). Dan aku memang begitu benci perokok. Kamu jangan jadi
perokok kalau kamu tidak ingin cintaku berkurang(kesindir ga ya?). sudah berapa
kali aku bilang. Ngrokok nya dikurangi. Kamu malah bilang “ngrokok kan memang
mengurangi” dan aku bisu seketika. Jangan bandel jadi orang. Kamu cinta sehat
tidak? Gara-gara ngrokok kamu nya batuk-batuk pas lagi telfon aku. Diinget lah.
Menolak kerusakan lebih utama daripada menarik kebaikan.
Dan Btw, Jangan lagi pakai warna ungu didepanku! Jangan
memakai apapun yang berbau ungu seperti Jas Haflahmu waktu itu! Aku seolah
memebeku melihat warna ungu. Aku berfikir warna ungu tak akan mengembalikanmu
kesini lagi. Dan setelah Ungu itu selesai kau gunakan, nyatanya kau pergi kan
dari sini? Dan asal kau tau, aku sempat yakin kau tak akan pulang waktu itu.
Kukira kau tetap disini. Walaupun untuk beberapa saat. “jangan pulang” hatiku
berkata itu ketika melihatmu telah berdiri bersama ayahmu. Bersiap untuk pulang
dengan memakai kaos abu-abu lengan panjang bergaris-garis hitam. Aku menatapmu
lama dibalik jendela kamar Khodijah. Rasanya bagaimana entah aku tak bisa
menggambarkan. Terlalu cepat walau aku tau sekitar tanggal sepuluh kau kembali
lagi untuk muwadaah pondok. Jangan ulangi 28 april! Aku benci 28 april! Aku
berpesan jangan terlalu lama meninggalkan pondok, sering-seringlah berkunjung.
Tinggalah beberapa saat saja. Setidaknya cukup membuatku tenang untuk beberapa
saat.
Dan terimakasih, sudah mengingatkanku untuk menjaga
kesehatan. Sampai sekarang aku masih belum tahu sakit apa yang kupunya. Yang
kutahu aku hanya sakit Types dan kelenjar getah bening. Aku tak percaya begitu
saja karena mimisan tak ada hubungannya dengan semua itu. Aku sekarang juga
sering merasa nyeri dipinggang bagian bawah.
Aku cuna ingin Do’amu. Agar aku kuat di Imtihan nanti.
Supaya aku tidak “Payah” dan kalah seperti katamu. Do’akan aku agar kesehatan
selalu menyelimutiku.
Begitu juga aku. Akupun berdoa yang terbaik. Jangan sampai
terpengaruh dengan dunia barumu . selalu
ingat Allah dan orang tuamu. Dunia ini hanya menipu. Semua yang nyata ternyata
abstrak.
Dan akhirnya, semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu
mengiringi langkahmu.
Aku cinta kamu 18 april! :D
Dalam gelap masih ada terang yang tersembunyi
Hitam. Aku hanya tahu warna itu gelap. Bahkan begitu pekat. Warna kesukaanku. Tapi belum selesai aku mengartikan hitam lebih dalam,hitam itu telah menjadi sesuatu yang lebih hitam.
‘’hitam itu tak jelas! Dia seolah memberiku harapan atas sikap nya yang membuatku merasa di istimewakan’’ katamu. Dan aku diam,tak memberi komentar. Malam itu kau bercerita tentang semuanya. Tentang pemuda yang begitu hitam hatinya. Aku mendengarnya. Begitu jelas. Tapi aku tak berkata apa-apa.
## ## ## ##
‘’dia mengajakku meliari luasnya langit hati’’ katamu. Dan aku tetap diam,tak bergeming.
Asal kau tahu,Adele? Sesungguhnya aku sudah lama hilang atas cerita-ceritamu. Aku telah menjadi hujan saat tahu keterikatanmu dengan Justin. Dan aku mulai ketakutan mendengar bahagiamu. Semenjak saat itu, Justin adalah asing bagiku. Aku memilih meninggalkan harapanku. Begitulah aku harus pergi. Anggap saja semua ini tak pernah ada. Aku tak mengenal Justin! Dan seandainya aku kembali, mungkin kita harus berkenalan lagi.
Namamu Adele. Benar bukan? Kau mengatakan itu setelah tanpa sengaja kau menyerempetku di pertigaan kompleks. Mulai saat itu kau menjadi sahabatku. Lalu kau mengantarkanku pulang, melewati gang kecil yang berangin. Berjalan berdampingan.
Dan suatu waktu disaat kamu mulai mengenal Justin,perasaanku tumbuh dengan pesat. Aku merasa memiliki tempat dimana aku menumpahkan segala perasaanku. Tapi aku lebih sering bercerita tentang Justin untukmu. Ya, untukmu. Kau memintaku untuk itu bukan? Aku terlambat,Adele! Aku kalah berani denganmu. Karena saat aku ingin memulai bahagiaku tentang Justin,kamu mendahului nya. Kau bahkan tak sadar kalau sahabatmu ini ingin bicara sesuatu tapi rasa-rasa nya tak p tak pnah ada kesempatan.
“ceritakan padaku tentang Justin, Elena? Sejak perkenalan kala itu, dia benar-benar membuatku jatuh cinta!” pintamu setengah merengek. Dan aku seketika raib dalam rasaku.
“akan ku ceritakan untukmu” jawabku gerimis tapi kucoba sembunyi. Lalu aku bercerita panjang lebar tentang Justin untukmu. Dulu pada saat dia masih duduk di bangku SMA sederajat,Justin pernah menjuarai pertandingan Basket antar sekolah. Prestasi itu membuatnya tenar dalam sekejap.
“lalu apa lagi? Ceritakan semuanya,Elena?” pintamu lagi.
Asal kau tahu Adele, aku dan Justin dulu satu kelas. Kelas kami kelas pilihan. Kelas Bilingual. Kelas dua bahasa. Punya Motto selalu terdepan dari kelas Reguler. Lalu aku diam. Begitu lama.
Hatiku Bicara:
Dan asal kau tahu Adele? Aku pernah membencinya barang sebentar. Jangan tanya karena apa, karena itu rahasia. Bahkan Justin pun tak tahu. Sampai saat itu dia prustasi bagaimana lagi merajukku agar aku bicara apa yang sebenarnya terjadi. Selama kurang lebih tiga minggu aku mensenyapkan diri untuk nya. Menganggapnya seolah tak pernah ada bersamau dikelas itu. Dan aku sebenarnya tahu,Justin tak menaruh hati padaku. Tapi yang namanya cinta, tak tahu kapan harus terjadi dan itu memag terjadi padaku. Pada saat itu.
“kau kenapa,Elena? Kau diam seolah kau memusuhiku?” tanya Justin kepadaku waktu itu, merajukku menjawab apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku diam, memungut buku yang tergeletak disampingku, lalu berlalu.
“Elena?” teriaknya hampir tak terdengar.
Kau tahu Justin,? Apa yang kurasakan saat itu? Apa aku tak cukup membuatmu bahagia? Kenapa kau tak merasakannya? Apa kau pura-pura tak tahu? Dan asal kau tahu,Justin? Aku tenggelam dalam rasa itu. Dan kau membiarkannya tanpa menolongku.kau jahat Justin! Suatu kesedihan yang amat besar memenuhi hatiku.tetapi sama sekali kau tak menyinggung tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Ketahuilah Justin, telah lama aku menanam bibit cinta itu. Berharap nanti kau menyiramnya lalu bisa membesarkan apa yang kuharap. Tapi Justin, aku seorang perempuan yang tak pantas jika aku mendahului. Aku hampir hancur saat kau menaruh hati kepada bunga lain. Dan sepertinya aku benar-benar rapuh.. rapuh.. rapuh..
## ## ## ##
“Elena,kenapa kau diam begitu lama? Bahkan kau belum bercerita semuanya?” tanyamu mengagetkanku.
“Oh maaf,Adele, sepertinya aku sedang tidak enak badan, bolehkah aku beristirahat dan pulang?” pintaku beralasan.
“Oh silahkan,Elena,beristirahatlah,agar esok kita bisa bertukar cerita lagi” .
Aku mengangguk lalu kemudian berlalu. Dan kau tah apa yang kupikirkan,Adele? Bertukar cerita? Pernahkan kita bertukar cerita? Bukankah selama ini kau tak pernah memberiku kesempatan barang sebentar? Bukankah selama ini hanya kau yang bercerita? Cerita yang monoton. Tentang Justin yang membuatku putus asa. Tentang Justin yang menurutmu hitam, dan aku mulai takut kau tak lagi mengenaliku. Aku semakin takut sesuatu yang tak bisa ku hentikan tengah terjadi padaku. Dan kau tahu apa itu?
## ## ## ##
Semenjak saat itu,kau begitu sering memintaku untuk bercerita tentang Justin. Selalu ada cerita tentang Justin yang bagiku tetap saja monoton tanpa warna. Kenapa aku harus mengenal Justin jika akhirnya harus seperti ini?
Besoknya aku meninggalkan kota ini. Tanpa sepengetahuanmu. Meninggalkan semua perbincangan kita. Menghapus semua tentang harapan ku akan hadirnya Justin dihatiku. Jangan menyesal mengenalku,Adele! Karena sepertinya aku yang pantas menyesal telah mengenal dan bersahabat denganmu.
Dan sekarang aku berada diduniaku yang baru. Apa kabarmu,Adele? Sudahkah kau cari pengganti tempat keingin tahuanmu tentang Justin? Maaf,Adele! Aku membiarkanmu berjuang sendri dengan rasamu. Karena aku sendiri tak kuat dengan rasaku. Dan ini memang tepat. Beginilah aku harus pergi.
## ## ## ##
Beberapa bulan kemudian, aku terperanjat kaget melihatmu berjalan bergandengan tangan dengan seorang yang dulu pernah kau anggap hitam. Justin. Benah kan itu kau? Menuju Cafe Lovie’s terkenal dikota ini. Dan sedang apa kau disini? Berliburkah? Lalu aku benar-benar telah menjadi serpihan-serpihan kecil yang tak berguna.
Dan disuatu waktu saat aku membuka Account E-Mailku, sebuah pesan dari Adele benar-benar memporak-porandakan keadaan jiwaku
Elena
aku hanya tahu kau baik,bahkan begitu baik
membiarkanku sendiri terapung bersama rasaku
membiarkanku berjuang sendiri dengan rasaku
kau kemana,Elena?
kau sengaja keluar dari kehidupanku tanpa sepengetahuanku?
kenapa,Elena?
aku benar-benar minta maaf karena aku pernah menganggapku pemberi harapan paslu
harapan agar aku bisa dekat denga sahabatmu
ingat Justin,Elena? Robbert Justin yang dulunya satu kelas denganmu. yang kepandaiannya melebihi kepandaian rata-rata. yang mempunyai hati yang begitu Amazing!
kamu ingat kan,Elena?
Tiga minggu lagi kita akan menikah,
sebuah kejutan untukmu
datanglah. aku menunggumu
dan itu seperti saat kobaran api melahap gedung-gedung tinggi terkenal. tangisku tumpah. Membanjiri pipiku. Rasanya terlalu cepat. Bagaimana denganmu Justin? lupakah kau denganku? dengan seseorang yang kau abaikan? orang yang pernah menaruh hati kepadamu bahkan sampai saat ini! Kau beruntung,Adele! Justin begitu baik dan bahkan terlalu baik.
Aku semakin tak isa menahan gerimis hati ini. Aku bahkan belum bias menggeapkan keadaan rasaku. kau seakan memangkasnya sampai ke akar
Dan maaf,Adele? Aku tak bisa datang. dan jangan buang waktumu untuk menungguku. karena aku benar-benar tak bisa berhenti mencintainya. bahkan aku hamper tak peraya kabar itu ada.
Ah, Adele! Betapa beruntungnya kau, itu memang harimu. Berbahagialah. karena aku pun bahagia atas pernikahan itu.
## ## ## ## ##
HITAM. Warna Gelap. Dan Aku sekarang tahu tak selamanya HITAM itu gelap. Tapi HITAM memang selamanya gelap bagiku,tapi tidak untuk orang lain. Jangan kau anggap HITAM itu tak jelas. karena di Dalam Gelap Masih Ada Terang Yang Tersebunyi
Langganan:
Postingan (Atom)